Jumat, 24 September 2010

Hari ulang tahun Anda!

Di facebook banyak yang mengucapkan selamat kepada saya.

Doa-doa dan harapan juga mereka panjatkan. Semoga dikabulkan.
Hanphone saya juga tidak kalah ramai, tengah malam tadi saja sudah ada tiga orang yang mengirimkan sms selamat ulang tahun kepada saya, temasuk salah satunya adalah dia.
Ah, dia itu hebat sekali rupanya. Sangat perhati, dan sangat setia. Selalu membuat saya bangga .

Ini sangat fantastis buat saya, setidaknya saya bahagia.
Hari ini tepat dua puluh tahun usia yang telah saya jalani dengan bahagia. Sisanya berapa ? saya tidak pernah tahu. Tapi saya terus berharap, dalam doa , agar dikasih umur panjang sama Allah Subhanahu wataala. Amiiin ...

Seraya syukur tanpa henti-hentinya, dan harapan yang tak habis-habisnya.
namun satu yang utama, membahagiakan satu orang tua saya saja ya Allah, saya sudah cukup puas.  Sungguh.


"..... Rasanya baru kemarin saya menjadi bayi lucu , riang dan menggemaskan . Tidak terasa sekarang sudah menjadi pria dewasa norak , murung , dan menyebalkan .
Mau atau pun tidak , saya harus terima kenyataan bahwa umur saya sudah dua puluh tahun sekarang .
Artinya , masa depan itu kini semakin dekat saja ."







Yang berbahagia,



Imam Tanthowie

Jumat, 17 September 2010

September dan Kebersamaan

Suatu waktu, keponakan saya yang teramat sangat bawel meminta saya untuk menceritakannya sebuah cerita. Karena kehabisan stok cerita menarik untuk anak-anak, akhirnya saya memutuskan untuk bercerita tentang sebuah cerita lama yang sangat garing dan tidak jelas serta tidak habis-habis.

Begini ceritanya :

Ada seorang nenek tua yang tinggal di sebuah gubuk tua. Ia hanya tinggal bersama seorang cucunya yang masih sangat kecil. Pada suatu malam, hujan turun sangat derasnya, angin bertiup sangat kencang dan hampir merobohkan gubuk tua milik nenek tua itu. Petir sambar menyambar membuat malam itu semakin mencekam. Cucu nenek pun ketakutan, lalu mengumpat ke dalam pelukan si nenek sambil menangis. Si nenek berusaha menenangkan cucu kesayangannya itu dan menyuruh cucunya itu untuk tidur Namun si cucu tidak dapat tidur karena takut. Akhirnya si nenek yang baik hati pun membacakan sebuah cerita kepada cucucnya tersebut agar cucu tersebut dapat tertidur.

Nenek itu bercerita begini :




Ada seorang nenek tua yang tinggal di sebuah gubuk tua. Ia hanya tinggal bersama seorang cucunya yang masih sangat kecil. Pada suatu malam, hujan turun sangat derasnya, angin bertiup sangat kencang dan hampir merobohkan gubuk tua milik nenek tua itu. Petir sambar menyambar membuat malam itu semakin mencekam. Cucu nenek pun ketakutan, lalu mengumpat ke dalam pelukan si nenek sambil menangis. Si nenek berusaha menenangkan cucu kesayangannya itu dan menyuruh cucunya itu untuk tidur Namun si cucu tidak dapat tidur karena takut. Akhirnya si nenek yang baik hati pun membacakan sebuah cerita kepada cucucnya tersebut agar cucu tersebut dapat tertidur.

Nenek itu bercerita begini :




Ada seorang nenek tua yang tinggal di sebuah gubuk tua. Ia hanya tinggal bersama seorang cucunya yang masih sangat kecil. Pada suatu malam, hujan turun sangat derasnya, angin bertiup sangat kencang dan hampir merobohkan gubuk tua milik nenek tua itu. Petir sambar menyambar membuat malam itu semakin mencekam. Cucu nenek pun ketakutan, lalu mengumpat ke dalam pelukan si nenek sambil menangis. Si nenek berusaha menenangkan cucu kesayangannya itu dan menyuruh cucunya itu untuk tidur Namun si cucu tidak dapat tidur karena takut. Akhirnya si nenek yang baik hati pun membacakan sebuah cerita kepada cucucnya tersebut agar cucu tersebut dapat tertidur.

Nenek itu bercerita begini :

Ada seorang nenek tua yang tinggal di sebuah gubuk tua. Ia hanya tinggal bersama seorang cucunya yang masih sangat kecil. Pada suatu malam, hujan turun sangat derasnya, angin bertiup sangat kencang dan hampir merobohkan gubuk tua milik nenek tua itu. Petir sambar menyambar membuat malam itu semakin mencekam. Cucu nenek pun ketakutan, lalu mengumpat ke dalam pelukan si nenek sambil menangis. Si nenek berusaha menenangkan cucu kesayangannya itu dan menyuruh cucunya itu untuk tidur Namun si cucu tidak dapat tidur karena takut. Akhirnya si nenek yang baik hati pun membacakan sebuah cerita kepada cucucnya tersebut agar cucu tersebut dapat tertidur.

Nenek itu bercerita begini :

(Kemudian, mungkin karena bosan keponakan saya pergi meninggalkan saya sambil mengomel. Saya hanya tersenyum.)

:Hangatnya malam itu, 15 September 2010:
=)

Rabu, 01 September 2010

Perjalanan (mimpi) ke Bali

Sepulang saya dari perjalanan yang hebat itu, sebenernya saya sudah sangat ingin segera mempostingnya di blog ini, tapi baru sekarang saya sempat mengerjakannya. Maklum, akhir-akhir ini saya sering sok sibuk.

Baiklah, saya mulai dari pernyataan saya bahwa : Dulu, Ke bali adalah MIMPI BUAT SAYA!

Ya. Mimpi. Bali itu jauh dan mahal. Orang bilang harus naik pesawat. Kalaupun lewat darat, itu pun jauh dan sama beratnya ongkos jika naik pesawat, lagipula lama di perjalanan dan sangat melelahkan. Dan tahu sendirilah biaya pesawat sangat mahal. Saya tidak akan mampu dan saya akan dimaki-maki oleh orang tua saya jika serta-merta minta uang dalam jumlah besar hanya untuk liburan ke pulau dewata itu. Sangat egois lagipula.

Namun, beranjak dewasa dan semakin dewasa, mimpi itu kian menghantui saya. Saya sangat ingin ke Bali. Begitu kata bayi dalam perut saya. Alah! Tidak. Bukan karena saya sedang mengidam. Tetapi ya memang saya ingin menjajal untuk mengunjungi pulau suci nan eksotis itu. Ingin merasakan kemewahannya. Keluhurannya. Kesakralannya. Keanggunan panoramanya. Dan lainnya.

Akhirnya mimpi itu terwujud. Dream’s come true.

Benar apa kata Arai dalam Sang Pemimpinya Andrea: “Bermimpilah! Maka tuhan akan memeluk mimpi-mimpi kita”

Setelah lama bermimpi, kini saya telah terbangun untuk mewujudkan mimpi tersebut.

Setelah hampir setahun berjibaku kerja keras bersama-sama, akhirnya saya dan teman-teman saya berangkat untuk bertualang ke pulau Bali.

Hari itu hari senin, tanggal 12 juli 2010. Saya bersama rombongan sejumlah enam orang (terdiri dari Saya, Aditya PP, Marlin, Gunawan, Rian dan Kake’) naik kereta ekonomi GAYA BARU MALAM dengan harga tiket Rp.35.000,- yang berangkat dari satsiun kota. Kereta ini bergerak meninggalkan Jakarta pada pukul 12.00 WIB, entah setelah melalui berapa stasiun, dan akan sampai di stasiun Surabaya gubeng pada pukul 2.30 WIB, selasa paginya.

Singkat cerita, kami telah berada di dalam kereta yang penuh sesak oleh manusia-manusia bau keringat namun sabar. Berada di gerbong paling depan membuat telinga nyaris tuli akibat suara bising mesin kereta kelewat bising terdengar.

Saya banyak belajar di dalam kereta tua yang sedang melakukan perjalanan mengantar kami ini. Di sini, terlihat manusia-manusia kecil yang pasrah, biasa, ikhlas, sabar, rela, sudah tua, mau pingsan, nahan pipis, lapar, sisa uang tinggal sedikit,  di kampung orang tua sakit. semua itu begitu jelas terceritakan di tiap gerbong demi gerbong kereta ini. Saya menganggapnya sebagai perpustakan ekspresi berjalan. Segala keadaan dan keterpaksaan yang membuat saya semakin merasa bersalah jika saya tidak mensyukuri apa yang saya miliki selama ini.

Stasiun Lempuyangan, pukul 23.10 WIB

Kami memutuskan untuk turun di Yogyakarta. Padahal seharusnya kami turun di tujuan terakhir kereta yang kami tumpangi itu stasiun gubeng di Surabaya, kemudian nyambung dari sana menuju stasiun Banyuwangi, lalu nyebarang dari pelabuhan ketapang, Banyuwangi menggunakan Ferry menuju gilimanuk, Bali . Namun menurut Kake’ (bukan nama asli) lebih baik turun di jogja, di situ lebih aman katanya. Akhirnya kami pun sepakat untuk turun di sana untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan.






Kami pun turun di stasiun lempuyangan. Lalu naik angkutan (kebetulan waktu itu sudah malam jadi kami nyarter sebuah mobil yang si supirnya dengan seenaknya mengklaim mobilnya sebagai taksi.) menuju tempat makan lesehan terkenal yang tereletak di dekat jalan Malioboro. Kami turun di sana. Lalu memesan nasi kucing, kopi joss, dan aneka gorengan lainnya.





Capek, penat, gerah, lengket, bau, kantuk, tidak mengendurkan semangat kami. Setelah cukup beristirahat, kami melanjutkan perjalanan kembali. Pukul 04.00 pagi kami berjalan menuju satasiun. Di perjalanan kami meyempatkan diri untuk berfoto-foto bersama kota jogja yang masih terkantuk-kantuk itu.






Pukul 09.00 pagi kereta kedua kami bergerak menuju Banyuwangi. Keputusan kami semalam untuk memilih turun di Jogja bukan di Surabaya memiliki keuntungan, karena ternyata satu-satunya kereta ekonomi yang menuju Banyuwangi berangkatnya dari jogja, stasiun Lempuyangan ini. Jadi, kami menaiki kereta yang sepi, dan bebas untuk memilih tempat duduk di mana pun yang kami inginkan.

Kira-kira pukul 23.00 WIB kami sampai di stasiun Banyuwangi. Kemudian berjalan kaki menuju pelabuhan Ketapang, berjarak kira-kira dua ratus meter, untuk melanjutkan penyebrangan menuju pelabuhan Gilimanuk dengan menggunakan Fery, harga tiketnya 6.000 perak. Setelah terapung-apung selama setengah jam diatas selat Bali, akhirnya kami pun menginjakkan kaki di Bali.





Kemudian, setelah menjalani pemeriksaan identitas, kami melanjutkan perjalanan kembali, menaiki sebuah bus yang berhasil kami twar dengan harga Rp.20.000,- per orang. Bus tersebut mengantar kami ke terminal ubung, Denpasar. Perjalanan memawakan waktu kira-kira 3-4 jam lamanya.

         Sampai terminal ubung, kira-kira pada hari rabu pukul 07.00 WITA, kami melanjutkan lagi perjalanan (lelah bukan main) kini menuju jalan poppies, Pantai Kuta. dengan mobil carteran seharga 80 ribuan kami pun sampai setelah lebih dari setengah jam menelusuri jalan di Denpasar.


          Akhirnya, kami pun sampai di poppies dan menginap di sebuah hotel bernama MAHENDRA dengan harga Rp 115.000,- per malam per kamar. karena ber enam kami menyewa dua kamar. lalu kami mandi dan istirahat, keesokannya siap bertualang menjelajahi tempat-tempat eksotis di Bali.

#selesai.


- menginap di  Hotel Mahendra 




- Monkey forest, Ubud
   *Tiket masuknya 20.000,-








- Taman ayun, Pura/Pure
   *Masuk tiga ribu perak






- Tanah Lot






- Pantai Sanur




- Garuda Wisnu Kencana




 
- Ulu Watu
 
 







- Belanja di joger dan agung Bali