Jumat, 24 Desember 2010

Seorang arsitektur

Sebuah kisah, ada seorang arsitek yang bekerja di suatu perusahaan .

Setelah bertahun-tahun mengabdi pada perusahaan tersebut, si arsitek karena sudah berusia cukup tua berencana untuk pensiun. Namun karena dedikasi si arsitek tersebut kepada perusahaan amatlah tinggi dan posisinya sangat penting di perusahaan tersebut, si manajer perusahaan tidak mengizinkannya untuk pensiun.

Si Arsitek bersikeras untuk tetap pensiun. Karena ia merasa sudah saatnya untuk pensiun. mengingat usianya yang sudah lanjut, dan ingin segera manghabisi sisa hidupnya.

Akhirnya setelah berkali-kali membujuk si manajer, Si arsitek pun mendapatkan izin untuk pensiun, dengan syarat ia harus mengerjakan proyek istimewa yang diberikan oleh manajer.

Proyek istimewa tersebut adalah ia harus merancang sebuah bangunan rumah di atas tanah seluas 500m2 dengan dana yang akan disediakan oleh perusahaan. Jangka waktu yang ditentukan adalah empat bulan lamanya.

"Baiklah saya akan mengerjakan proyek tersebut. Bahkan saya akan mengerjakannya hanya dalam waktu 2 bulan saja." Ucap si arsitek tersebut.

Akhirnya si arsitek tersebut pun mulai mengerjakan proyek tersebut.

Ia membuat bangunannya hanya seluas seratus meter. Sisanya hanya ia biarkan saja menjadi halaman kosong.

"Untuk meminimal dana!" Pikirnya.

Bahan material bangunan tersebut ia gunakan yang kualitas tiganya. Karena ia pikir proyek ini haruslah dibuat seminimal mungkin biayanya. Agar perusahaan tidak banyak keluar dana. Perancangan keseluruhannya pun bisa terbilang biasa saja. Hanya dikerjakan "sejadinya'.

"Toh, ini hanya proyek biasa saja. Bukan proyek istimewa seperti yang dikatakan. Hanya membangun rumah sederhana saja." pikirnya.

Akhirnya dua bulan kemudian, rumah tersebut pun jadi. dari luar bangunan rumah tersebut memang terlihat sangat istimewa. Namun bahan-bahan bangunan yang digunakan adalah bahan-bahan kualitas rendah. Bukan kualitas yang bagus.

Ia pun melapor kepada menajer perusahaannya bahwa ia telah memyelesaikan pekerjaan yang disebut "Proyek Istimewa" tersebut. Dan ia memohon diri untuk segera pensiun dan berhenti bekera.

"Baiklah kamu boleh pensiun. Dan hari ini kita akan mengadaan acara pelepasan kamu bersama seluruh staf dan karyawan di perusahaan ini." Ucap si manajer.

Akhirnya berkumpulah seluruh staf dan karyawan perusahaan tersebut di sebuah ruangan untuk mengadakan pelepasan si arsitek yang ingin pensiun itu.

"Saudara-saudara sekalian, hari ini arsitek senior kita ini akan pensiun. Sebagai penghormatan perusahan atas jasa dan dedikasinya, maka kami memberikan hadiah sebuah rumah yang baru saja ia dirikan."

Seluruh hadirin pun bertepuk tangan. Namun si arsitek terbengong-bengong mendengar pernyataan manajernya itu.

"Kalau saja saya lebih lama mengerjakan proyek pembangunan rumah tersebut.....

Kalau saja saya membuat rumah tersebut lebih bagus lagi....

Kalau saja bahan bagunan yang saya gunakan adalah bahan-bahan kualitas terbaik....

Kalau saja saya mendirikan bangunan rumahnya lebih besar lagi....

Kalau saja saya .....

Kalau saja ......

Kalau saja....."

Begitulah kehidupan di dunia ini. Hakikatnya apapun yang kita lakukan, apa yang kita kerjakan, apa yang kita berikan akan kembali ke diri kita sendiri. Semuanya akan bermanfaat dan berikan manfaat kepada diri kita sendiri kelak. begitu pula dengan keburukan yang kita kerjakan .

Semoga bermanfaat . :)


Untuk arsitektur kasih sayangku .
Kau di hatiku, di rasa sesalku, di doaku, selamanya ...
Malam sabtu, 24 Desember 2010..

Rabu, 22 Desember 2010

Catatan seorang anak yang kurang ajar

Jangankan berkorban, berani mati pun rela kau lakukan .
Balas budi tak pernah kau harapkan, hanya memberi tanpa meminta kembalian .

Setiap malam doamu mengalir diatara pipi-pipi tuamu. Mengharapkan perlindungan, pengampunan, kasih sayang, dan segala hal-hal yang terbaik untukku dan anak-anakmu.
Padahal ketika itu aku sudah lelap tertidur, atau bahkan masih sibuk dengan dunia yang entah apakah ada harapan untuk kuberikan.

Kau bahkan hanya tertidur tak lebih dari empat jam sehari semalam.

Pagi hari ketika entah aku berada di mimpi mana, setelah puas bersujud merayakan syukurmu, kau siapkan segala sesuatu untukku.
Airku. Nafasku. Sandangku. Rodaku. Bahkan kau siapkan diriku.

Kau selalu saja marah jika aku tidak segera berterimakasih kepada-Nya di sela pagi-pagi yag teramat malas merajalela.
Saat itu kau tak ubahnya seorang penguasa digdaya yang siap saja memporak-porandakan siapa saja yang tak patuh, tak setia.

Namun hanya saat itu.

Setelah itu, sifat ibumu kembali membelai halus di setiap nadiku. Di sepanjang hariku.

"Tidurlah! Akan kubangunkan kau seperlumu." Setulus ucapmu.

Tak hiraukan hanya kau seorang diri yang menghadapi pekerjaan berat seorang nahkoda rumah tangga yang siap melabuhkan kapal keluarga ini menerjang setiap keganasan arus kehidupan. Tujuanmu bahagia senua awak kapal ini dan selamat sampai tujuan mereka. Itu saja.

Hari-hari berat. Pekerjaan berat. Dengan nafas berat, tubuh berat, namun hati teramat lapang. Ikhlas bukan buatan.

"Bangunlah! Semua telah tersedia untukmu. Kau segera berangkat?" Sangat lembut apa yang telah keluar dari kedua bibir sucimu.

Namun aku merasa terlambat. Aku malah menyalahkan.

Dalam terburu-buru aku hampir selalu melupakan hidangan indahmu yang selalu kau siapkan untukku. Selalu. Padahal kau pun selalu tahu, hidangan itu selalu dan selalu kutinggal tanpa tersentuh.

Mungkin ketika itu kau berusaha memaklumiku.

Kau pun kembali berusaha untuk meghidangkan yang lain untuk menyambut kepulanganku. Namun yang kau dapat hanya kekecewaan. Aku pulang selalu bersama perut kenyang. Sulit untuk memaksakan merasakan masakan yang kau siapkan. Dan kau pun memang tidak pernah memaksakan.

Aku selalu berharap kau mau memaafkan aku!

Maafkanlah anakmu yang selalu membuatmu menunggu. Bahkan menunggu apa yang seharusnya tak perlu kau tunggu. Bahkan menunggu apa yang sebenarnya memang tak mau kau tunggu. Tapi kau tetap menunggu.

Maafkanlah aku yang selalu membuatmu malu. Malu kepada setiap prestasi anak tetangga yang selalu menjadi buah bibir disela percakapan pagi teman-temanmu pada penjual sayuran itu.

Maafkanlah setiap kebohonganku yang selalu kuucapkan hanya demi memberikan kebahagian semu kepadamu.

Maafkanlah kebodohanku yang sering kali tega memperkosa kewarasanmu.

Maafkanlah aku ......

Maafkanlah atas sepimu yang hanya bisa kuberikan. Atas waktu yang selalu terbuang bukan kepadamu.

Maafkan atas doaku untukmu yang sangat sulit untuk dikabulkan.

Maafkan atas inginmu yang sukar untuk aku perhatikan .

Maafkan atas maaf yang hanya bisa kuucapkan.



Di satu hari yang spesial hanya untukmu :

Siti Rahmani bin H. Yakub Hasbie.

Mungkin dulu ia adalah orang yang paling sukacita di dunia karena berhasil memilikimu.


Minggu, 12 Desember 2010

Dikejar Anjing

Hari minggu pagi, sangat pagi.

Pukul enam kurang. Saya berlari-lari kecil, istilah trennya joging. Sendiri. Kegiatan ini memang sering saya lakukan akhir-akhir ini, mengingat saya mulai aktif lagi bergabung dengan tim sepak bola kampung saya. Jadi untuk menjaga stamina agar tetap prima ketika latihan, saya mesti banyak-banyak lari pagi di pagi hari. karena kata orang-orang, lari pagi itu dapat meningkatkan stamina kita dua kali lipat. Selain itu, lari pagi juga cara termurah untuk mengisi hari-hari saya dengan kegiatan berolah raga.

Trek yang saya tempuh tidak jauh, kira-kira sekitar dua kilometerlah jaraknya. Saya hanya mengitari sebuah komplek di dekat rumah saya. Alasan saya memilih tempat ini, karena tempat ini memang memiliki banyak alasan untuk di gunakan sebagai tempat untuk berolah raga di pagi hari. Saya rasa sudah cukup jelas.

Selang beberapa waktu kemudian, ketika saya asyik beristirahat di bawah sebuah pohon yang rindang, saya melihat peristiwa yang cukup menggelikan: seseorang sedang lari tunggang-langgang ketakutan, di belakangnya seekor anjing tipe anjing Basenji nafsu mengejar. Ekspresi wajah korban pengejaran tanpa alasan  itu sangat menggelikan. Sangat ketakutan.

Akhirnya setelah peristiwa pengejaran itu cukup lama berlangsung, si anjing pun akhirnya dapat dijinakan oleh sang majikan. Dan pada saat itu saya mendapatkan sebuah pelajaran.

Mungkin banyak dari kita pernah punya pengalaman pahit dikejar anjing, atau minimal digonggong anjing. Anjing memang merupakan makhluk yang selalu curiga. Ia akan selalu menyerang orang yang dianggapnya asing dan dikiranya mengancam. Efek najis yang akan ditimbulkan jika bersentuhan, serta resiko penyakit yang akan ditularkan jika terkena gigitannya, menjadi alasan banyak orang untuk takut sama anjing.

Dan ketika kita sedang terancam akan dikejar seekor anjing, kita mempunyai dua pilihan cara untuk menghindarinya: mengambil batu lalu melempari anjing itu dengan batu tersebut atau lari sekencang-kencangnya.

Umpamanya kita memilih cara dengan mengambil batu dan bersiap untuk melempari anjing itu saat ia akan mengejar kita. Dengan harapan anjing itu akan takut ketika kita menghajarnya dengan batu-batu yang kita lempari. Namun sayang, kita bukanlah atlet pelempar jauh ataupun atlet tolak peluru. lemparan kita tidak kuat dan tidak tepat sasaran. Anjing itu pun makin kalap mengejar-ngejar kita. Akhirnya kita terpaksa mengambil cara kedua: lari sekencang-kencangnya. Sejauh-jauhnya.

Sialnya lagi, bahwa ternyata anjing yang mengejar kita itu tipe anjing working seperti Dobermann, Siberian Husky, German Shepred, atau sejenisnya. Anjing-anjing itu merupakan anjing bertubuh besar dan berstamina sangat luar biasa. Larinya secepat kereta Sembrani di malam hari. Dan kita bukanlah pelari capat seperti Ivory Williams, Gareth Bale, ataupun Edi Tansil sehingga kita tak berhasil mehindari anjing yang sedang kalap itu. Akhirnya kita berhasil tertangkap dan habis di gigiti olehnya.

Padahal, di samping dua cara tersebut, ada satu cara yang paling ampuh untuk menghindar ketika kita dikejar anjing. Kita hanya butuh memanggil sang pemilik anjing tersebut untuk menenangkan anjingnya agar ia tidak lagi mengejar kita. Karena , seberingas apapun seekor anjing, ia akan tunduk dan patuh dengan majikannya. Belum ada kan berita tentang seekor anjing mengigit majikannya sendiri? Kalau ada, silahkan beritahu saya dan Anda boleh menjitak kepala saya. :)

Jadi, jika dikaitkan dengan kehidupan yang sedang kita jalani ini, tentunya peristiwa dikejar anjing itu bisa kita jadikan pelajaran dalam mengatasi setiap masalah yang datang menghampiri. Banyak cara untuk mengatasi setiap masalah yang kita hadapi. Namun semua cara-cara tersebut tidak dapat menjamin secara pasti akan mampu menyelesaikan masalah itu sendiri. Cara yang terbaik adalah dengan menyerahkan setiap masalah kepada yang punya sekaligus yang menciptakan masalah tersebut. Kita hanya butuh memanggilnya, memohon kepadanya untuk membantu kita mengatasinya. Tak sulit kan?

Seraya bersyukur atas segala karunia-Nya yang masih boleh saya cicipi sampai hari ini, saya juga berterimakasih kepada-Nya atas hidayah yang diberikan melalui seekor anjing di pagi yang amat sempurna ini.


"Sujudku...
pun takkan memuaskan inginku
untuk hanturkan sembah sedalam kalbu.
Adapun kusembahkan syukurku pada-Mu, ya Allah
untuk nama, harta, dan keluarga yang mencinta
dan perjalanan yang sejauh ini tertempa
Alhamdulillah ...
Pilihan dan kesempatan
yang membuat hamba mengerti
lebih baik tentang makna diri
semua lebih berarti akan mudah dihayati
Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah..."

-Dian Sastrowardoyo