Minggu, 12 Desember 2010

Dikejar Anjing

Hari minggu pagi, sangat pagi.

Pukul enam kurang. Saya berlari-lari kecil, istilah trennya joging. Sendiri. Kegiatan ini memang sering saya lakukan akhir-akhir ini, mengingat saya mulai aktif lagi bergabung dengan tim sepak bola kampung saya. Jadi untuk menjaga stamina agar tetap prima ketika latihan, saya mesti banyak-banyak lari pagi di pagi hari. karena kata orang-orang, lari pagi itu dapat meningkatkan stamina kita dua kali lipat. Selain itu, lari pagi juga cara termurah untuk mengisi hari-hari saya dengan kegiatan berolah raga.

Trek yang saya tempuh tidak jauh, kira-kira sekitar dua kilometerlah jaraknya. Saya hanya mengitari sebuah komplek di dekat rumah saya. Alasan saya memilih tempat ini, karena tempat ini memang memiliki banyak alasan untuk di gunakan sebagai tempat untuk berolah raga di pagi hari. Saya rasa sudah cukup jelas.

Selang beberapa waktu kemudian, ketika saya asyik beristirahat di bawah sebuah pohon yang rindang, saya melihat peristiwa yang cukup menggelikan: seseorang sedang lari tunggang-langgang ketakutan, di belakangnya seekor anjing tipe anjing Basenji nafsu mengejar. Ekspresi wajah korban pengejaran tanpa alasan  itu sangat menggelikan. Sangat ketakutan.

Akhirnya setelah peristiwa pengejaran itu cukup lama berlangsung, si anjing pun akhirnya dapat dijinakan oleh sang majikan. Dan pada saat itu saya mendapatkan sebuah pelajaran.

Mungkin banyak dari kita pernah punya pengalaman pahit dikejar anjing, atau minimal digonggong anjing. Anjing memang merupakan makhluk yang selalu curiga. Ia akan selalu menyerang orang yang dianggapnya asing dan dikiranya mengancam. Efek najis yang akan ditimbulkan jika bersentuhan, serta resiko penyakit yang akan ditularkan jika terkena gigitannya, menjadi alasan banyak orang untuk takut sama anjing.

Dan ketika kita sedang terancam akan dikejar seekor anjing, kita mempunyai dua pilihan cara untuk menghindarinya: mengambil batu lalu melempari anjing itu dengan batu tersebut atau lari sekencang-kencangnya.

Umpamanya kita memilih cara dengan mengambil batu dan bersiap untuk melempari anjing itu saat ia akan mengejar kita. Dengan harapan anjing itu akan takut ketika kita menghajarnya dengan batu-batu yang kita lempari. Namun sayang, kita bukanlah atlet pelempar jauh ataupun atlet tolak peluru. lemparan kita tidak kuat dan tidak tepat sasaran. Anjing itu pun makin kalap mengejar-ngejar kita. Akhirnya kita terpaksa mengambil cara kedua: lari sekencang-kencangnya. Sejauh-jauhnya.

Sialnya lagi, bahwa ternyata anjing yang mengejar kita itu tipe anjing working seperti Dobermann, Siberian Husky, German Shepred, atau sejenisnya. Anjing-anjing itu merupakan anjing bertubuh besar dan berstamina sangat luar biasa. Larinya secepat kereta Sembrani di malam hari. Dan kita bukanlah pelari capat seperti Ivory Williams, Gareth Bale, ataupun Edi Tansil sehingga kita tak berhasil mehindari anjing yang sedang kalap itu. Akhirnya kita berhasil tertangkap dan habis di gigiti olehnya.

Padahal, di samping dua cara tersebut, ada satu cara yang paling ampuh untuk menghindar ketika kita dikejar anjing. Kita hanya butuh memanggil sang pemilik anjing tersebut untuk menenangkan anjingnya agar ia tidak lagi mengejar kita. Karena , seberingas apapun seekor anjing, ia akan tunduk dan patuh dengan majikannya. Belum ada kan berita tentang seekor anjing mengigit majikannya sendiri? Kalau ada, silahkan beritahu saya dan Anda boleh menjitak kepala saya. :)

Jadi, jika dikaitkan dengan kehidupan yang sedang kita jalani ini, tentunya peristiwa dikejar anjing itu bisa kita jadikan pelajaran dalam mengatasi setiap masalah yang datang menghampiri. Banyak cara untuk mengatasi setiap masalah yang kita hadapi. Namun semua cara-cara tersebut tidak dapat menjamin secara pasti akan mampu menyelesaikan masalah itu sendiri. Cara yang terbaik adalah dengan menyerahkan setiap masalah kepada yang punya sekaligus yang menciptakan masalah tersebut. Kita hanya butuh memanggilnya, memohon kepadanya untuk membantu kita mengatasinya. Tak sulit kan?

Seraya bersyukur atas segala karunia-Nya yang masih boleh saya cicipi sampai hari ini, saya juga berterimakasih kepada-Nya atas hidayah yang diberikan melalui seekor anjing di pagi yang amat sempurna ini.


"Sujudku...
pun takkan memuaskan inginku
untuk hanturkan sembah sedalam kalbu.
Adapun kusembahkan syukurku pada-Mu, ya Allah
untuk nama, harta, dan keluarga yang mencinta
dan perjalanan yang sejauh ini tertempa
Alhamdulillah ...
Pilihan dan kesempatan
yang membuat hamba mengerti
lebih baik tentang makna diri
semua lebih berarti akan mudah dihayati
Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillah..."

-Dian Sastrowardoyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar